ADAT ISTIADAT DAN BUDAYA SEPUTAR KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS PADA SUKU JAWA
BUDAYA
JAWA PADA MASA KEHAMILAN
Tradisi / budaya masyarakat suku Jawa yang
menguntungkan ibu dan janinnya, yaitu
1. Jangan minum
air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman dingin diyakini
menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit
keluar.
Fakta yang sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang
bergizi baik dan faktor keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak berlebihan.
Karena jika terlalu banyak, ulu hati akan terasa sesak dan ini tentu membuat
ibu hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang berlebihan akan
selalu berdampak tak baik.
2. Pantangan Mangga Kweni dan Durian
Bukan hanya menurut adat Jawa
Segi Medis : makan buah mangga kweni
dan durian memang secara medis juga dilarang bagi ibu hamil. Buah durian
misalnya bersifat panas dan mengandung senyawa alkohol yang dapat membuat ibu
hamil mengalami kontraksi dan berpotensi menyebabkan kandungannya keguguran.
3. Ibu Hamil dianjurkan minum air
kelapa supaya bayi ayu (cantik) dan tampan bersinar terang.
Segi Medis : Mengkonsumsi Air kelapa
selama kehamilan membantu dalam menjaga kesehatan ibu dan janin karena air
kelapa mengandung elektrolit alami,
vitamin, dan merupakan diuretic alami yang sangat bermanfaat bagi kehamilan.
4. Ibu hamil
tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
Secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut
sehingga pada malam hari tidak dianjurkan bepergian.
Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan kelaur malam terlalu
lama, apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara
malam kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2).
5. Pantangan Makan Udang dan Kepiting
Pantangan ibu hamil dalam adat Jawa.
Segi Medis : cukup bisa dibuktikan
dalam dunia medis, mengingat berbagai jenis masakan laut memang seringkali
mengandung logam berat merkuri sehingga cukup berisiko bagi kehamilan. Seperti
diketahui bahwa merkuri dapat membuat janin tumbuh cacat dan terhambat.
6. Pantangan makan ikan mentah agar
bayinya tak berbau amis.
Dari segi medis : Bayi yang baru
saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit berbau amis darah. Tapi
ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena aroma (bau)
cairan ketuban. Yang terbaik, tentu saja makan ikan matang. Karena
kebersihannya jelas terjaga ketimbang ikan mentah.
7. Ibu
hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya
jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.
Dari
segi psikologis, hal ini bertujuan agar ibu menjaga psikologis ibu selama
kehamilan dan tidak membenci secara berlebihan.
8. Pantangan
wanita hamil tidak boleh mandi setelah terbenamnya matahari
Pantangan bagi
ibu hamil untuk tidak mandi ketika sudah larut malam dipengaruhi oleh faktor
kepercayaan yang ada di dalam masyarakat jawa, bahwa jika wanita yang
mengandung mandi terlalu malam akan menyebabkan pada saat kelahiran akan
mengeluarkan air yang sangat banyak dan bayi akan keluar secara
tersendat-sendat. Hal tersebut merupakan sesuatu yang kurang baik atau dapat
menimbulkan celaka bagi dirinya dan bayi yang hendak dilahirkan seingga harus
dicegah dalam masa kehamilan. Pantangan ini sangat dipengarui oleh sistem
kepercayaan yang mendasarinya yang diyakini berasal dari leluhur atau nenek
moyang. Walaupun demikian sistem kepercayaan dalam pantangan ini selain sebagai
metode budaya pantangan tersebut juga memiliki makna medik bagi kesehatan ibu
hamil khususnya. Seorang ibu hamil yang mandi terlalu larut malam kurang baik
untuk kesehatannya, karena ditakutkan terkena gangguan reumatik pada tulang
ibu.
Tradisi / budaya masyarakat suku Jawa yang merugikan bagi ibu dan janin, yaitu :
Tradisi / budaya masyarakat suku Jawa yang merugikan bagi ibu dan janin, yaitu :
1. Membawa
gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin
terhindar dari marabahaya.
Dari
sisi medis hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si
Ibu.
2. Makan
Ikan Lele Mengkonsumsi ikan lele dipantang bagi ibu hamil karena dipercaya
dapat membuat kepala bayi membesar sangat cepat sama seperti kepala ikan lele
sehingga akan menyulitkan proses persalinan.
Dari
sisi medis tentu ini adalah pantangan yang keliru. Ikan lele justru merupakan
sumber protein yang baik bagi ibu hamil dalam menyediakan gizi untuk kesehatan
dan pertumbuhan janinnya.
3. Jangan
makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak pada kulit bayi.
Dari
segi medis, tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Mungkin
bayi mengalami infeksi saat di dalam rahim atau di jalan lahir, sehingga timbul
bercak-bercak pada kulitnya.
4. Makan
Pisang Dempet Mengkonsumsi pisang dempet (pisang siam) dan buah siam lainnya
dilarang bagi ibu hamil dalam adat Jawa karena dipercaya dapat membuat ibu
hamil mengandung anak yang kembar siam. Dari sisi medis hal ini tidak ada
hubungannya, karena pisang justru menganung vitamin dan kalsium yang bagus
untuk kehamilan ibu.
5. “Amit-amit”
adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"-nya orang hamil
ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan
sebagainya dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut. Secara psikologis,
perilaku ini membuat ibu menjadi takut dan mengganggu psikologis ibu hamil.
6. Pantangan
memakan krecek
Krecek dilarang dimakan wanita yang
sedang hamil, karena ditakutkan jika akan mengejan bayi, kemudian seperti
krecek, melembung, kemudian kempes, maka sakitnya akan menjadi lama. Pantangan
memakan krecek tidak berdasarkan atas zat yang terkandung didalamnya yakni
dapat membahayakan tubuh atau tidak, melainkan atas makna hubungan
sosiatif yangditimbulkan dari
bentuk/sifat makanan itu sendiri yaitu sewaktu krecek digoreng, ia akan
melaambung namun setelah itu akan segera mengempis kembali. Keadaan yang
terjadi pada krecek itulah yang dianggap serta diyakini menjadikan dampak yang
kurang baik bagi proses kelahiran sang bayi. Ketika sang ibu sudah mulai
mengejan tetapi tidak teratur dan menghabiskan banyak tenaga, namun sulit
mengeluarkan sang jabang bayi tersebut. Hal tersebut merupakan sebuah
kepercayaan yang diyakini penuh oleh masyarakat jawa karena berasal dari
leluhurnya., karena pantangan selalu demikian dilaksanakan untuk menghindar
dari malapetaka.
BUDAYA
JAWA PADA MASA PERSALINAN
1. Jika
dalam proses kelahiran mengalami kesulitan ibu diberi jamu berupa kunyahan
sedikit daun pisang muda dengan sedikit garam sampai lembut kemudian diusapkan
ke tubuhnya dari atas sampai bawah dari celah kedua belah dada hingga vagina.
Segi Medis : Ini jelas
tidak berkaitan, bahkan jika di oleskan pada daerah vagina yang terjadi malah
berbahaya karena dapat menimbulkan infeksi
2. Saat
Wanita menjelang kelahiran dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok makan
per hari). Maksudnya agar proses persalinan berjalan dengan lancar.
Segi Medis : Ini jelas
tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus halus menjadi asam
amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap oleh usus.
3. Upaya
adat makan nasi dengan piring besar supaya pada saat melahirkan jabang bayi,
ari-ari besar dan lebar serta mudah dikeluarkan sehingga selamat dalam
melahirkan
Segi
Medis : Ini jelas tidak berkaitan,
karena ari – ari bayi (plasenta) telah terbentuk sejak kehamilan.
4. Brokohan
dalam babaran
Babaran/mbabar dapat
diartikan sebagai sudah selesai atau sudah menghasilkan dalam wujud yang
sempurna. Babaran juga menggambarkan selesaianya proses karya batik
tradisional. Istilah babaran juga dipakai untuk seorang ibu yang melahirkan
anaknya. ubarampe yang dibutuhkan untuk selamatan kelahiran yaitu Brokohan. Ada
macam macam ubarampe Brokohan. Pada jaman ini Brokohan terdiri dari beras,
telur, mie instan kering, gula, teh dan sebagainya. Namun jika dikembalikan
kepada makna yang terkandung dalam selamatan bayi lahir, Brokohan cukup dengan
empat macam ubarampe saja yaitu: kelapa (dapat utuh atau cuwilan), gula merah
atau gula Jawa, dawet, dan telor bebek
Makna dari keempat
macam ubarampe tersebut adalah:
a. Kelapa
: daging kelapa yang berwarna putih adalah manifestasi dari sukra (bahasa Jawa
kuna) yaitu sperma, benihnya laki-laki, bapak.
b. Gula
Jawa : berwarna merah adalah manifestasi dari swanita (bahasa Jawa kuna) yaitu
sel telur, benihnya wanita, ibu.
c. Dawet
: dawet terdiri dari tiga bahan yaitu:
· Santan
kelapa, berwarna putih wujud dari sperma, benihnya Bapak.
· Juruh
dari gula Jawa yang berwarna merah wujud dari sel telur, benihnya Ibu.
· Cendol
dari tepung beras manifestasi dari jentik-jentik kehidupan.
d. Telor
bebek : Ada dua alasan mengapa memakai telor bebek, tidak memakai telor ayam.
· Alasan
yang pertama : telor bebek kulitnya berwarna biru, untuk menggambarkan langit
biru, alam awang-uwung, kuasa dari atas.
· Alasan
kedua : biasanya telur bebek dihasilkan dari pembuahan bebek jantan tidak dari
endog lemu atau bertelur karena faktor makanan. Dengan demikian telor bebek
kalau diengrami dapat menetas, artinya bahwa ada roh kehidupan di dalam telor
bebek.
Melalui keempat macam ubarampe untuk
selamatan bayi lahir tersebut, para leluhur dahulu ingin menyatakan perasaannya
yang dipenuhi rasa sukur karena telah mbabar seorang bayi dalam proses
babaran.Keempat ubarampe yang dikemas dalam selamatan Brokohan tersebut mampu
menjelaskan bahwa Tuhan telah berkenan mengajak kerjasama kepada Bapak dan Ibu
untuk melahirkan ciptaan baru, mbabar putra.
Melalui proses bersatunya benih bapak
(kelapa) dan benihnya Ibu (gula Jawa) yang kemudian membentuk jentik-jentik
kehidupan (dawet), Tuhan telah meniupkan roh kehidupan (telor bebek) dan
terjadilah kelahiran ciptaan baru (brokohan).
Jika pun dalam perkembangannya selamatan
Brokohan untuk mengiring kelahiran bayi menjadi banyak macamnya, terutama
bahan-bahan mentah, hal tersebut dapat dipahami sebagai ungkapan rasa syukur
yang ingin dibagikan dari keluarga kepada para kerabat dan tetangga. Namun
keempat ubarampe yang terdiri dari kelapa, gula Jawa, dawet dan telor bebek,
masih perlu untuk disertakan dan direnungkan, agar kelahiran manjadi lebih
bermakna.Dalam budaya Jawa, kelahiran seorang anak manusia ke dunia, selain
merupakan anugerah yang sangat besar, juga mempunyai makna tertentu. Oleh
karena itu, pada masa mengandung bayi hingga bayi lahir, masyarakat Jawa
mempunyai beberapa upacara adat untuk menyambut kelahiran bayi tersebut.
Upacara-upacara tersebut antara lain adalah mitoni, upacara mendhem ari-ari,
Brokohan, upacara puputan, sepasaran dan selapanan.
5. Selapanan
dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi.
Pada
hari ke 35 ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi. Misalnya bayi yang lahir
hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon
lagi. Pada penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon, Kliwon, Legi)
akan bertemu pada hari 35 dengan hari di penanggalan masehi yang berjumlah 7
hari. Logikanya, hari ke 35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di
luar logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi kehidupan si
bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk dirayakan seperti ulang tahun.
Namun selapanan utamanya dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan
kesehatan bayi.
Yang pertama
dilakukan dalam rangkaian selapanan adalah potong rambut atau parasan.
Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah dan ibu bayi, kemudian
dilanjutkan oleh sesepuh bayi. Di bagian ini aturannya, rambut bayi dipotong
habis. Potong rambut ini dilakukan untuk mendapatkan rambut bayi yang
benar-benar bersih, diyakini rambut bayi asli adalah bawaan dari lahir, yang
masih terkena air ketuban. Alasan lainnya adalah supaya rambut bayi bisa tumbuh
bagus, oleh karena itu rambut bayi paling tidak digunduli sebanyak 3 kali.
Namun pada tradisi potong rambut ini, beberapa orang ada yang takut untuk
menggunduli bayinya, maka pemotongan rambut hanya dilakukan seperlunya, tidak
digundul, hanya untuk simbolisasi. Setelah
potong rambut, dilakukan pemotongan kuku bayi. Dalam rangkaian ini, dilakukan
pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan bayi dan keluarganya. Upacara
pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah waktu shalat Maghrib, dan dihadiri
oleh keluarga, kerabat, tetangga terdekat serta pemimpin doa. Acara selapanan
dilakukan dalam suasana yang sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum
pemotongan rambut, masyarakat yang merayakan selapanan biasanya membuat bancaan
yang dibagikan ke kerabat dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya.
Bancaan mengandung makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di
sekitarnya. Adapun makanan wajib yang ada dalam paket bancaan, yaitu nasi putih
dan gudangan, yang dibagikan di pincuk dari daun pisang. Gudangan juga dilengkapi dengan potongan
telur rebus atau telur pindang, telur ini melambangkan asal mulanya kehidupan.
Selain itu juga beberapa sayuran dianggap mengandung suatu makna tertentu,
seperti kacang panjang agar bayi panjang umur, serta bayem supaya bayi
hidupanya bisa tentram.
BUDAYA
JAWA PADA MASA NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR
1. Perawatan
Bayi Baru Lahir
a. Perawatan
ari-ari
Ari-ari atau plasenta
disebut juga dengan aruman atau embing-embing
atau mbingmbing. Bagi orang Jawa, ada kepercayaan bahwa ari-ari
merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat dan dijaga
sebaik mungkin, misalnya :
1) Tepat
di tempat ari-ari dikuburkan diletakkan lampu sebagai penerangan. Artinya,
lampu tersebut merupakan symbol penerangan bagi bayi yang dimaksudkan agar
kehidupan bayi nanti akan terang juga bila di terangi oleh sinar lampu.
Dampak positive : Agar binatang tidak berani mendekat dan
memakan ari-ari tersebut
Dampak negative : Tidak ada
2) Ari-ari
bayi dibungkus bersama buku,bunga setaman (bunga mawar, melati, dan kenanga).
Di atasnya dsb ditujukan agar mendo’akan
si bayi dalam jalan hidupnya nanti terang dan kehidupanya pun baik.
Tidak ada dampak
positive/negative.
3) Pemagaran
di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian atas pagar juga
dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak masuk ke tempat itu dan juga
kepercayaan kepada makhluk mistis yang dikhawatirkan akan memakan ari-ari itu
bila tidak dipagari.
Dampak positive : Agar ari-ari tidak dibongkar dan dimakan
oleh binatang
Dampak negative : Tidak ada
b. Bayi
dipakaikan gurita agar tidak kembung.
Segi Medis : Mitos ini
tak benar, karena organ dalam tubuh malah akan kekurangan ruangan. Jika bayi
menggunakan gurita, maka ruangan untuk pertumbuhan organ-organ seperti rongga
dada dan perut serta organ lain akan terhambat.
Kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas
dilonggarkan, sehingga jantung dan paru-paru bisa berkembang
c. Bayi
digedhong atau membungkus bayi dengan jarik (kain batik pelengkap busana
kebaya) agar bayi hangat dan diam
Segi Medis : bila hal
ini dilakukan terus menerus akan berpengaruh pada aktivitas bayi dan
pertumbuhan tulangnya.
d. Tak
boleh memotong kuku bayi sebelum usia 40 hari.
Segi Medis : Tentu ini
tak tepat. Karena kalau tidak dipotong, kuku yang panjang itu bisa berisiko
melukai wajah bayi. Bahkan, bisa melukai kornea mata. Larangan ini mungkin
lebih disebabkan kekhawatiran akan melukai kulit jari tangan/kaki si bayi saat
ibu mengguntingi kuku-kukunya.
e. Pusar bayi ditindih koin agar tidak bodong
Segi Medis : Penggunaan
koin yang dilakukan tanpa dengan menggunakan kasa steril dapat menyebabkan
infeksi pada tali pusat, karena koin bersentuhan langsung dengan pusar bayi,
Sementara itu ada bayi yang sejak lahir punya 'bakat' bodong lantaran 'jendela'
ke pusarnya belum menutup sempurna saat ia lahir. Jika kondisinya seperti ini,
maka menaruh koin di pusar bayi tidak akan membantu.
f. Hidung
bayi ditarik agar mancung
Segi Medis : Ini jelas salah, karena tidak ada
hubungannya menarik pucuk hidung dengan mancung-tidaknya hidung.
Mancung-tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh bentuk tulang hidung yang
sifatnya bawaan.
2. Perawatan
ibu
Banyak tradisi adat
jawa yang memiliki pantangan-pantangan yang ditujukan terhadap ibu nifas
padahal, banyak juga yang berdampak negative dan merugikan bila ditinjau dari
aspek kesehatan diantaranya yang berdampak negative dan positif yaitu :
a. Masa
nifas dilarang makan telur, ikan dan sebagainya yang berbau amis karena
kepercayaan mereka mengatakan bahwa lukanya akan lama sembuh bila mereka
memakan itu.
Hal ini merugikan
karena masa nifas memerlukan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi
sehat.
Setelah melahirkan ibu
hanya boleh makan dengan bumbu hanya garam sajajuga tanpa bumbu.Tidak ada
dampak positive/negative.
b. Masa
Nifas dilarang tidur siang
Dampak positif : Tidak ada
Dampak negative :
Karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja berat. Karena tenaga
yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi.
c. Masa
nifas /saat menyusui setelah waktunya Maghrib harus puasa tidak makan makanan
yang padat.
Dampak positif :
Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib
dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan lemak,disamping itu
organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali.
Dampak negative : Ibu menjadi kurang nutrisi sehingga
produksi ASI menjadi berkurang.
d. Pada
masa nifas perawatan pemeliharaan kebersihan diri, terdiri dari: mandi wajib
nifas, irigasi vagina dengan menggunakan rebusan air daun sirih, dan menapali
perut sampai vagina dengan menggunakan daun sirih.
Dampak positif : menjaga kebersihan diri
ibu nifas dan terhindar dari infeksi alat genetalia.
e. Perawatan
untuk mempertahankan kesehatan tubuh, terdiri dari: perawatan dengan pemakaian
pilis agar kepala terasa ringan dan mengurangi pusing, pengurutan, walikdada,
dan wowongan, serta minum jamu agar ASI mereka lancar seperti jamu beras kencur
f. Perawatan
untuk menjaga keindahan tubuh, terdiri dari: perawatan dengan pemakaian parem,
duduk senden, tidur dengan posisi setengah duduk, pemakaian gurita, dan minum
jamu.
g. Memakai
kendit/stagen sepanjang 7-10 meter dengan kencang
Segi Medis : Apabila
memakai stagen terlalu kencang akan menyakiti ibu sebenarnya pemakaian stagen
tidak begitu berpengaruh pada kembalinya uterus karena uterus akan kembali
normal dengan sendirinya.
h. Berjalan
dengan kaki sejajar agar jahitan bagus.
Secara medis, jahitan akan menjadi
bagus apabila perawatan perineum/perawatan pada luka jahitan dilakukan dengan
baik (personal hygiene ditingkatkan) serta mengonsumsi makanan tinggi protein.
Komentar
Posting Komentar